• Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Faktor-faktor penalaran deduktif:
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
Contoh:
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Faktor-faktor penalaran deduktif:
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
Contoh:
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
• Menarik simpulan secara langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari
satu premis.
Contoh kalimat :
- Semua serangga bernafas melalui trakea. (
premis )
- Semua yang bernafas melalui trakea adalah serangga. ( simpulan )
• Menarik simpulan secara tidak langsung
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
Silogisme Kategorial. Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi, yaitu :
- Premis umum : premis mayor ( My )
- Premis khusus : premis minor ( Mn )
- Premis simpulan : premis kesimpulan ( K
)
• Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri
dari;
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang
kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Bunga teratai adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Bunga teratai membutuhkan air (Konklusi)
2. Silogisme Hipotetik
Argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari terem antecindent
atau terem konsecwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme hipotetik tidak
memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis mayor itu
mengandung term predikat pada konklusi , sedangkan primis minor itu mengandung
term subyek pada konklusi.
Contoh:
Jika hujan, pelangi akan muncul (mayor).
Sekarang pelangi telah muncul (minor).
∴ Hujan telah
turun (konklusi)
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Encas berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Encas berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek
Encas tidak berada di Bogor.
4. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang
premis mayornya merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya
bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang
disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
A. Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti
mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Revky jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Revky berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak
jujur (konklusi).
B. Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti
premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasnan di rumah atau di sekolah.(premis1)
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasnan di sekolah (konklusi).
• Entimen
Entimen adalah silogisme yang diperpendek. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah
menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena
itu Anda berhak menerima hadiahnya.
• Salah Nalar
Salah nalar adalah gagasan, perkiraan,
simpulan yang sesat atau keliru. Di salah nalar tidak mengikuti tata cara
pemikiran dengan tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu menemukan logika
yang tidak masuk akal dalam tulisan.
Perhatikan contoh di
bawah ini:
1. Pada hari ini saya datang terlambat karena
jalannya macet.
2. Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti
pengajian karena tidak ada waktu.
Kalimat di atas merupakan kata-kata yang
sering kita ucapkan dalam kehidupan sehari hari. Jika dilihat selintas memang
kalimat di atas tampak efektif karena mudah kita pahami. Akan tetapi, kalimat
tersebut sebenarnya tidak efektif karena salah nalar.
Pada kalimat (1) terdapat frasa jalannya macet. Di dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia (KBBI, 1994 : 611) kata macet berarti terhenti atau tidak lancar.
Kata terhenti atau frasa tidak lancar hanya boleh mengikuti kata yang bermakna
’gerak.’ Sedangkan kata jalan tidak mengandung makna ’gerak’. Oleh karena itu,
frasa jalanya macet mengalamai salah nalar, karena kata jalan pada konteks
kalimat tersebut memang tidak pernah bergerak.
Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada
kalimat (2). Allah telah memberikan
waktu kepada kita 24 jam dalam satu hari dan satu malam. Jadi, kalau ia tidak
bisa mengikuti pengajian karena tidak ada waktu, berarti terjadi salah nalar.
Kemungkinan yang tidak ada adalah kesempatan, karena setiap orang memiliki
kesempatan yang berbeda-beda.
Dua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(1) Pada hari ini saya datang terlambat karena
lalu lintas macet.
(2) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti
pengajian karena tidak ada kesempatan untuk datang.
• Deduksi yang salah
Simpulan yang salah dari silogisme yang
berpremis salah.
Contoh :
Jika bayi itu makan banyak, bayi itu akan
menjadi kurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar